FacebookInstagramTwitterLinkedInYouTubeTikTok
Mewujudkan Mimpi di sektor Energi

Mewujudkan Mimpi di sektor Energi

29 Agustus 2014

PTBA Twitter Share PTBA Facebook Share
Mewujudkan Mimpi di sektor Energi

Sumber Gambar: Riset PT Mandiri Sekuritas 

Potensi bisnis yang menggiurkan di sektor kelistrikan membuat PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. bermimpi untuk menjadi perusahan energi berkelas dunia. Mimpi yang telah ada sejak 1996 itu kini mulai jadi kenyataan di depan mata. 

Sebelum go public, Bukit Asam bahkan telah memetakan potensi bisnis ini. Pertumbuhan kebutuhan listrik yang mencapai lebih dari  10% per tahun itu menjadi peluang sekaligus tantangan bagi perseroan. Saat itu, cadangan batu bara Bukit Asam mencapai 7,3 miliar ton yang ada di Sumatra Selatan, Sumatra Barat, dan Riau. Cadangan tersebut harus dikembangkan, salah satunya untuk pembangkit listrik. Emiten berkode saham PTBA itu kemudian menemui PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebagai pengelola kelistrikan Indonesia. PLN menguraikan rencana pembangunan jalur listrik Asean hingga pengembangan PLTU Mulut Tambang. Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Joko Pramono mengisahkan pertumbuhan pasokan listrik dan infrastruktur yang tidak sesuai dengan kebutuhan, menggugah PTBA untuk turut berpartisipasi. "Baru pada 2006 terealisasi, padahal mimpi itu sudah ada sejak 1996. Kami terus berupaya mewujudkan mimpi-mimpi itu untuk menjadi perusahaan energi berkelas dunia yang ramah lingkungan," ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (28/8). 
 
Perseroan menargetkan pada 2018 dapat memiliki kapasitas produksi listrik hingga 5.500 megawatt. Pada akhir 2017, PTBA diperkirkan memproduksi listrik sebesar 1.500 megawatt. . Secara keseluruhan, Bukit Asam menggelontorkan dana lebih dari US$3,79 miliar. Investasi tersebut termasuk yang akan digunakan untuk pembangunan PLTU hingga 2017 mencapai 3.500 megawatt. Saat seluruh proyek PLTU tersebut telah beroperasi, kontribusi dari sektor energi diharapkan dapat mencapai 15%-25% terhadap laba bersih perseroan. Pada tahun ini, Bukit Asam tengah menggenjot penyelesaian sejumlah proyek pembangkit listrik, termasuk PLTU Banjarsari 2x110 megawatt di Lahat Sumatra Selatan. PLTA ini mampu menyerap batu bara perseroan 1,4 juta ton pertahun. 
 
Selain PLTU Banjarsari, PTBA akan menyelesaikan tahap awal pembangunan PLTU Blank Tengah 2x620 megawatt. Diperkirakan, proses negosiasi keuangan proyek ini akan selesai pada paruh kedua tahun ini. Kemudian perseroan akan melanjutkan pada tahap engineering, procurement, and construction (EPC) yang diperkirakan memakan waktu tiga tahun. PLTU Blanko Tengah diperkirakan mulai beroperasi pada 2017. Investasi yang dibutuhkan untuk membangun sistem jaringan pembangkit ini diperkirakan mencapai US$I,6 miliar. PTBA menggandeng China HuanDian (CHD) dengan porsi kepemilikan masing-masing 45% dan 55%. Sementara itu, proyek pembangkit listrik mulut tambang berkapasitas 800 megawatt-1.200 megawatt yang melibatkan PTBA, PT PLN (Persero) dan TNB Malaysia, juga berlanjut. Untuk menggenjot bisnis energi, Direktur Utama PTBA Milawarma mengaku tengah mengincar investasi pembangkit listrik di dua negara Asean yakni Myanmar dan Vietnam. Dia memperkirakan dana untuk investasi dua pembangkit listrik tenaga batu bara di dua negara itu mencapai US$600 juta. 
 
Kapasitas yang akan dibangun di kedua negara itu masing-masing 2x100 Megawatt. Investasi pembangunan bagi pembangkit dengan kapasitas tersebut diperkirakan mencapai US$300 juta. 
 
KINERJA SEMESTER 1/2014 
 
Dari sisi kinerja, sepanjang periode Januari-Juli 2014, PTBA meraup laba bersih Rp.l,16 triliun, naik 33% ketimbang Rp. 870 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Pendapatan perseroan naik 18 % menjadi Rp.6,43 triliun dibandingkan dengan sebelumnya Rp.5,43 triliun. Kinerja tersebut diperoleh dari optimalisasi operasi penambangan dan penjualan batu bara. Tercatat, penjualan mencapai 8,83 juta ton, naik 10,1 % dibandingkan dengan volume penjualan semester I tahun lalu 8,74 juta ton. Harga jual batu bara PTBA juga tercatat meningkat rata-rata 17%. Dalam risetnya yang dirilis baru-baru ini, analis PT Mandiri Sekuritas Arianto Kurniawan mengatakan perolehan laba bersih PTBA didorong oleh tingginya harga jual batu bara, di tengah pelemahan harga di industri ini. Harga jual batu bara Bukit Asam pada paruh pertama tahun ini naik menjadi Rp 726.776 per ton dibandingkan dengan Rp 621.792 per ton pada periode yang sama tahun lalu. 
 
[PTBA menargetkan pada 2018 dapat memiliki kapasitas produksi Iistrik hingga 5.500 megawatt.]
[PTBA tengah mengincar investasi  pembangkit listrik di Myanmar dan Vietnam.]
 
Saat kondisi harga batu bara yang belum pulih, PTBA membukukan margin EBITDA sebesar 26% dan margin laba bersih 15%. "Bagaimanapun, kami masih melihat risiko laba dalam jangka pendek karena harga batu bara masih lemah," ujarnya dalam riset yang dipublikasikan baru-baru ini. Sementara itu, analis PT Onix Sekuritas Bagus Hananto mengatakan perolehan laba bersih PTBA lebih tinggi 60%-63% dari perkiraan. Dari pencapaian tersebut, dia melakukan revisi proyeksi perolehan laba bersih perseroan hingga akhir tahun. Asumsinya, belanja operasional mempengaruhi estimasi pendapatan sebesar 6% menjadi Rp 2 triliun dari sebelumnya Rp l,9 triliun. "PTBA meraup pendapatan yang cukup padat pada paruh pertama, kami perkirakan PER 12 kali dan EV/EBITDA 7,9 kali. Kami menyarankan untuk tetap membeli saham PTBA," tulisnya dalam risetnya. 
 
Sumber: Bisnis Indonesia hal 11, 29 Agustus 2014
Oleh: Sukirno (sukirno@bisnis.co.id)