FacebookInstagramTwitterLinkedInYouTubeTikTok
Harga Batubara Acuan Agustus 2016 Naik Signifikan 10,1%

Harga Batubara Acuan Agustus 2016 Naik Signifikan 10,1%

4 Agustus 2016

PTBA Twitter Share PTBA Facebook Share
Harga Batubara Acuan Agustus 2016 Naik Signifikan 10,1%

Angin segar kembali menerpa industri batubara. Setelah dua bulan berturut-turut, Juni dan Juli, Harga Acuan Batubara (HBA) naik, Agustus ini kembali naik secara signifikan sebesar 10,1%. 

Website resmi resmi Ditjen Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, www.minerba.esdm.go.id, melansir, HBA untuk penjualan langsung (spot) yang berlaku tanggal 1 Agustus 2016 hingga 31 Agustus 2016 pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB vessel) sebesar US$ 58,37 per ton atau naik sebesar US$ 5,37 dibandingkan dengan HBA Juli 2016 US$ 53 per ton. 

Kenaikan HBA sebesar 10,1% ini merupakan persentase kenaikan HBA yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Kenaikan persentase HBA tertinggi sebelumnya terjadi pada HBA Februari 2011 US$127,05 yang naik sebesar US$ 14,65 atau naik 13% dibandingkan HBA Januari 2011 US$112,4. HBA Februari 2011 merupakan nilai HBA tertinggi hingga saat ini sejak HBA diberlakukan.

Kepala Biro Komunikasi Pelayanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian ESDM Sujatmiko, sebagaimana dikutip bisnis.com hari ini (4/8), mengatakan, peningkatan kebutuhan impor batubara dari China menjadi salah satu penyebab utama kenaikan signifikan tersebut. Pasalnya, produksi batubara Negeri Tirai Bambu itu diperkirakan akan terus turun.

"Ada pengurangan jam kerja di China, sehingga untuk memenuhi kebutuhannya, China memerlukan tambahan impor batubara," katanya.
Sejak April lalu, China telah mengumumkan akan mengurangi hari kerja untuk penambang batubara dari 330 hari per tahun menjadi 276 hari per tahun.

Selain itu, China juga berencana menutup lebih dari 1.000 tambangnya tahun ini serta mengurangi kapasitas produksinya sebanyak 500 juta ton selama tiga hingga lima tahun ke depan. Langkah tersebut diharapkan mampu menekan surplus pasokan yang diperkirakan mencapai 2 miliar ton per tahun.

Sujatmiko juga mengungkapkan aktivitas industri seperti tekstil dan sepatu di Bangladesh terus bertumbuh. Ada juga peningkatan konsumsi batubara untuk pembangkit listrik di Pakistan.