FacebookInstagramTwitterLinkedInYouTubeTikTok
Bukit Asam Akuisisi Perusahaan Sawit

Bukit Asam Akuisisi Perusahaan Sawit

22 Oktober 2014

PTBA Twitter Share PTBA Facebook Share
Bukit Asam Akuisisi Perusahaan Sawit

JAKARTA - PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) melalui anak usahanya, PT Bukit Multi Investama, mengakuisisi 100% saham PT Bumi Sawindo Permai senilai Rp 861,3 miliar. Bumi Sawindo, unit usaha Mahkota Group, memiliki perkebunan sawit yang rnenyimpan cadangan batubara. Bukit Asam telah menandatangani akta jual beli saham pada 17 Oktober 2014. BUMN pertambangan batubara itu membeli saham Bumi Sawindo dari PT Mahkota Andalan Sawit selaku pemegang 99,9% saham dan Mily selaku pemilik 0,002% saham. "Seluruh shareholders Bumi Sawindo telah setuju untuk menjual 56 ribu saham Bumi Sawindo kepada perseroan," ungkap Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Joko Pramono di Jakarta, Selasa (21/10).

Bumi Sawindo merupakan pengelola perkebunan kelapa sawit seluas 8.346 hektare (ha) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Perusahaan itu juga memiliki Hak Guna Bangunan (HGB) seluas 34,6 ha yang dilengkapi dengan pabrik pengolahan kelapa sawit berkapasitas 45 ton tandan buah segar (rBS) per jam. Selain itu, Bumi Sawindo juga mengoperasikan pembangkit listrik berbahan bakar limbah kelapa sawit. Kapasitas pembangkit listrik sebesar 5 megawatt (MW) tersebut digunakan untuk menunjang kebutuhan operasional pabrik. Perkebunan Bumi Sawindo juga terdapat cadangan batubara sebanyak 580 juta ton, yang dapat menambah total cadangan yang dimiliki Bukit Asam menjadi sebesar 1,99 miliar ton. Bukit Asam akan menjalankan usaha perkebunan dan pertambangan batubara di lokasi tersebut secara bersamaan. "Selama ini, dua jenis usaha tersebut belum pernah berjalan berdampingan. Perseroan berkomitmen akan melakukan sinergi keduanya untuk pengembangan usaha grup secara keseluruhan," ujar Joko. Sesuai rencana, cadangan batubara yang berada di lahan Bumi Sawindo akan dimanfaatkan untuk pasokan batubara PLTU mulut tambang dan beberapa proyek perseroan lainnya. Saat ini, PLTU mulut tambang masih dalam tahap persiapan pembangunan. Bukit Asam juga membidik pasokan batubara untuk PLTU Banko Tengah berkapasitas 2x620 MW yang akan dibangun oleh PT Huadian Bukit Asarn Power. PLTU tersebut dijadwalkan beroperasi pada 2017-2018. PLTU Banko Tengah disiapkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Sumatera dan Jawa. Pembangkit listrik tersebut akan menyerap sekitar 5,4 juta ton batubara pertahun atau sekitar 150 juta ton untuk kontrak pasokan selama 25 tahun. Kontrak pasokan dengan PLTU Banko Tengah merupakan bagian dari total kontrak 574 juta ton pasokan jangka panjang Bukit Asam.

Tahun depan, Bukit Asam menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capeq) sebesar Rp 2,5 triliun. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan capex 2014 sebesar Rp 2,2 triliun. Dana capex akan dipakai untuk ekspansi dan investasi, khususnya pembangkit listrik mandiri (independent power producer/IPP). Pada kuartal IV-2014, perseroan juga siap mengomersialkan PLTU Banjarsari. PLTU ini berkapasitas 2x100 MW dan terletak di Labat, Sumatera Selatan, Hingga Juni 2014, Bukit Asam membukukan laba bersih sebesar Rp 1,16 triliun, naik 33% dibandingkan periode sama tahun lalu.

Prospek Saham
Peningkatan eksposur penjualan batubara di pasar domestik telah membantu Bukit Asam dalam menghindari ketidakpastian harga jual batubara di pasar global. Hal tersebut diharapkan mendongkrak kinerja keuangan perseroan hingga akhir 2014. Danareksa Sekuritas merevisi naik volume penjualan batubara Bukit Asam menjadi 19,9 juta ton hingga akhir 2014. Sedangkan pendapatan direvisi naik dari Rp 12,71 triliun menjadi Rp 13,76 triliun. Laba bersih juga direvisi naik dari Rp 1,86 triliun menjadi Rp 2,15 triliun. Analis Danareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri mengatakan, Bukit Asam paling diuntungkan atas penguatan eksposur batubara di pasar domestik menjadi 49,8% dari total volume penjualan selama semester 1-2014. "Perseroan menjual batubara untuk PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan skema harga jual tetap. Hal ini tentu sangat menguntungkan perseroan di tengah tren penurunan harga jual rata-rata batubara di luar negeri," ungkap Stefanus dalarn risetnya. Penguatan pendapatan dan laba bersih Bukit Asam juga didukung oleh pelemahan nilai tukar rupiah, meskipun harga jual rata-rata batubara di pasar ekspor turun hingga 5% dibandingkan periode sama tahun lalu. Pertumbuhan kinerja keuangan perseroan juga didorong oleh berlanjutnya kenaikan kapasitas daya angkut batubara perseroan. Saat ini, perseroan sedang menuntaskan perluasan Pelabuhan Tarahan. Membaiknya volume penjualan batubara di pasar domestik serta peningkatan harga jual rata-rata (ASP) mendorong Danareksa Sekuritas menaikkan target laba bersih Bukit Asam sebesar 8-15% periode 2014-2016. Sedangkan target harga saharn PTBA direvisi naik dari Rp 13.800 menjadi Rp 16.000 dengan rekomendasi beli. Pada perdagangan kemarin, PTBA ditutup melemah Rp 225 (1,8%) pada harga Rp 12.075.

Oleh Antonia Timmerman (Sumber: Investor Daily hal 13. 22 Oktober 2014)